BERITA

Detail Berita

Launching Aplikasi Simulasi Try Out  'Meutuwah Nanggroe', di Laboratorium Bahasa SMA Negeri 1 Bireuen

Jumat, 26 Maret 2021 10:17 WIB
243 |   -

Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Dyah Erti Idawati, Sabtu (20/3/2021), melaunching Aplikasi Simulasi Try Out  'Meutuwah Nanggroe', di Laboratorium Bahasa SMA Negeri 1 Bireuen. Peluncuran kegiatan sebagai upaya mendukung peningkatan kompetensi dan mutu pendidikan Aceh, itu turut dihadiri Kadis Pendidikan Aceh, Alhudri, dan sejumlah pejabat lainnya.

Aplikasi simulasi try out itu dapat memberi manfaat dan kemudahan dalam proses pembelajaran online berbasis komputer dan android secara praktis bagi siswa-siswi SMA/SMK/MA, dalam rangka meningkatkan jumlah siswa Aceh yang lulus dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN) atau sekolah kedinasan.

Aplikasi simulasi try out mandiri bagi siswa-siswi Aceh tersebut merupakan hasil rancangan bersama Ikatan Guru Indonesia (IGI), Jaringan Sekolah Digital Indonesia (JSDI), dan Teknos Aceh yang berkolaborasi dengan Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan.  "Aplikasi ini kita beri nama ‘Meutuwah Nanggroe.’ Aplikasi ini merupakan karya guru-guru Aceh yang bernaung di bawah payung IGI dan JSDI.

Dyah mengatakan, aplikasi simulasi belajar yang diberi nama Meutuwah Nanggroe itu dapat menjadi wadah bagi siswa-siswi SMA/SMK/MA untuk melatih, mempersiapkan, dan mengukur kemampuan diri, sebelum menghadapi ujian ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) dan ujian sekolah kedinasan.

"Seperti kita tahu, warga Aceh pintar-pintar. Banyak, putra putri Aceh yang jadi pejabat di Jakarta. Karena itu, melalui aplikasi ini bisa menssuport kepintaran orang Aceh, sehingga memiliki daya saing yang tinggi," kata istri Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT.

Dyah mengungkapkan, Aceh merupakan salah satu daerah yang banyak memiliki perguruan tinggi negeri (PTN). Namun, ia menyayangkan, akibat rendahnya kompetensi membuat anak-anak Aceh susah menembus seleksi masuk PTN. Sehingga kuota PTN di Aceh justru didominasi oleh siswa dari luar Aceh.

Dyah menyebutkan, kondisi ini tentu tidak bisa dibiarkan dan harus ditangani bersama. "Ini bukan hanya PR (pekerjaan rumah) Pemerintah Aceh, tapi juga semua pihak. Kita harus bersatu dan bulatkan tekad untuk meningkatkan mutu pendidikan supaya adik-adik kita bisa mendapatkan kesempatan yang lebih dan bisa diterima di perguruan tinggi serta Insya Allah nanti bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik pula.

Sementara itu, Kadis Pendidikan Aceh, Alhudri, mengatakan, kegiatan ini menjadi bukti keterlibatan pemerhati dan pelaku pendidikan seperti Tim Penggerak PKK, IGI, JSDI, dan Teknos untuk memajukan pendidikan. Ia berharap, semua sekolah mampu menerapkan aplikasi ini sebagai wujud peningkatan layanan kualitas pendidikan di seluruh Aceh.

“Dengan peluncuran aplikasi ‘Meutuwah Nanggroe’ di Bireuen, kami berharap dapat meningkatkan kualitas layanan pendidikan di Aceh. Sehingga, pendidikan tak hanya maju di daerah perkotaan saja, tapi merata ke seluruh Aceh. Jadi, tidak ada lagi diskriminasi layanan pendidikan di Aceh. Kita juga berharap, ke depan semua sekolah memiliki kualitas yang sama dengan spesifikasi dan keunggulan masing-masing. Artinya, tidak ada lagi sekolah favorit dan tidak favorit.


Komentar

×
Berhasil membuat Komentar
×
Komentar anda masih dalam tahap moderator
1000
Karakter tersisa
Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar di sini